Wednesday, November 18, 2009

Pengorbanan Seorang Ibu

Seseorang berkisah tentang pengorbanan ibunya. Aku lahir di dalam keluarga miskin yang seringkali kekurangan makanan. Ibu mengetahui bahwa aku belum kenyang, sehingga ia memindahkan nasinya ke piringku sembari berkata, “Ini untukmu Nak, Ibu tidak lapar.” Padahal aku tahu persis bahwa ibu belum makan, ibu pasti lapar.


Agar aku mendapatkan makanan bergizi, ibu sering pergi memancing. Sepulangnya dari memancing, ia memasak sup ikan yang lezat dan memberikannya kepadaku. Aku memakannya dengan lahap, tetapi aku memperhatikan bahwa ibu mengambil tulang ikan bekas aku makan dan mulai memakan daging ikan yang masih tersisa di tulang tersebut. Aku sedih melihat ibu. Kemudian dengan sumpitku aku memberikan daging ikan kepadanya, tetapi ia berkata, “Buat kamu saja Nak, Ibu tidak suka ikan.” Ibu berkata begitu meskipun aku tahu bahwa ibu suka ikan.


Ketika aku masuk SMP, biaya yang kuperlukan semakin banyak. Untuk mendapatkan uang tambahan, ibu bekerja menempel kotak korek api. Walau sudah larut malam, aku masih melihat ibu menempel kotak korek api dengan penerangan lilin yang kecil. “Ibu tidak mengantuk? tanyaku. “Tidurlah Nak, Ibu belum mengantuk, “jawabnya. Padahal aku melihat matanya sudah hampir terpejam karena mengantuk.


Ketika aku menjalani ujian, ibu cuti dari pekerjaan untuk menemaniku pergi ujian. Walau terik matahari terasa menyengat, ibu tetap menungguku di luar. Selesai ujian, ibu memberiku teh manis. Karena aku melihat ibu kepanasan dan pasti haus, maka aku memberikan gelas berisi teh kepada ibu, tetapi ia berkata, “Minumlah Nak, Ibu tidak haus.”


Singkat cerita, setelah lulus S1, aku melanjutkan ke S2 dan bekerja di sebuah perusahaan di Amerika. Gajiku cukup besar, sehingga aku bermaksud mengajak ibu tinggal bersamaku dan menikmati hidup di Amerika. Tetapi ibu berkata, “Aku tidak terbiasa hidup di sana.” Aku tahu ibu mengatakan itu karena tidak mau merepotkanku.


Di usianya yang sudah tua, ibu terkena kanker lambung dan penyakit itu membuatnya tersiksa. Aku pulang dan melihat ibu terbaring lemah menahan sakit. Ia memandangku dengan tatapan rindu. Aku menangis melihat penderitaan ibu, tapi ia berkata, “Jangan menangis, Nak, Ibu tidak merasa sakit.” Itu adalah ucapan terakhir ibu sebelum ia menutup matanya dan kembali ke pangkuan Tuhan.


Kisah di atas adalah gambaran kasih dan pengorbanan seorang ibu. Sebagai anak, kasihi, hormati dan balaslah budi baik ibu kita, karena ini adalah kehendak Tuhan. Renungkanlah sejenak apa yang sudah Anda lakukan bagi ibu yang sudah melahirkan dan membesarkan Anda. Jika saat ini Anda sedang mengalami keretakan hubungan dengan ibu Anda, adakan pemberesan sehingga berkat-berkat Tuhan tidak terhambat.

No comments:

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails